Wednesday, April 29, 2015

Kisah: Jenazah yang Diantar Oleh 70 Ribu Malaikat

“Dengan Nama Allah s.w.t. Yang Maha Pemurah Lagi Maha Mengasihani”




Pada zaman Rasuluullah saw, ada seorang sahabat bernama Sa’ad. Hari itu ia meninggal dunia.
Tidak seperti biasanya, Rasulullah begitu sibuk mengurusi jenazah orang ini. Tanpa serban dan alas kaki beliau mengangkat keranda, berlari kesana kemari untuk mengantarnya menuju liang kubur. Sesampainya di kuburan, beliau pun turun ke dalam dan menata serta membenahi liang itu.
Para sahabat terheran, kemudian bertanya, “Wahai Rasulullah, engkau melakukan sesuatu yang tidak biasa. Tanpa surban dan alas kaki berlari ke kanan dan kiri untuk mengangkat keranda ini.”
Rasul menjawab, “Demi Allah, aku melihat Jibril dan para malaikat melakukan apa yang kulakukan.”
Sahabat itu bertanya lagi, “Kenapa sampai demikian wahai Rasulullah?”
“Orang ini selalu membaca Surat “Qul Huwallahu ahad” dalam keadaan duduk, berdiri dan berjalan. Dan tahukah engkau, ada 70 ribu malaikat yang hadir di pemakaman ini.”
Dari kejauhan, datanglah ibu dari jenazah ini. Melihat Rasulullah berada di dalam liang lahat, ia menjerit “Sungguh beruntung engkau wahai putraku Sa’ad. Kau pasti akan masuk surga.”
Ketika mendengar ibu ini, Rasul menegurnya, “Sebentar wahai ibu Sa’ad, janganlah engkau menentukan sesuatu mendahului Allah swt. Putramu ini sedang dihimpit di dalam kuburnya.”
“Kenapa wahai Rasulullah?” tanya sang ibu.
“Karena perangainya buruk didalam keluarganya.”
Bayangkan, setelah mendapat kemuliaan diantar oleh Rasulullah dan 70 ribu malaikat. Ternyata orang ini masih saja mendapat kesulitan dalam kuburnya disebabkan akhlak yang buruk kepada keluarganya.

وَعَاشِرُوهُنَّ بِالْمَعْرُوفِ -١٩-

“Dan bergaullah dengan mereka (istri) dengan cara yang baik.”
(An-Nisa’ 19)

خَيْرُكُمْ خَيْرُكُمْ لِأَهْلِهِ وَأَنَا خَيْرُكُمْ لِأَهْلِي

“Sebaik-baik kalian adalah yang paling baik kepada keluarganya. Dan aku adalah yang paling baik bagi keluargaku.”
(Rasulullah saw)

لَايَكُنْ اَهْلُكَ اَشْقَى الْخَلْقِ بِكَ

“Jangan sampai keluargamu menjadi orang yang paling menderita karenamu.”
(Ali bin Abi tholib)